Minggu, 07 September 2008

Bahaya Laten Rayap Berita Terkini

BAHAYA LATEN RAYAP

BAHAYA LATEN RAYAP

Di 10 kota besar di Jawa, 25 persen bangunannya dimakan rayap dan di Jakarta sebanyak 78 persennya.

Sadar ponselnya tertinggal, sang tamu hotel kembali ke kamarnya.Namun ia tak pernah menyangka, sebuah kehebohan baru saja diciptakannya, tak lama setelah ia menutup pintu kamar dgn kencang, ''Bruuukkk.''

Kamar kelas eksekutif itu langsung berantakan, dalam sekejap.Pemicunya adalah langit-langit kamar hotel.Diguncang getaran pintu, atap kamar goyah, lantas ambruk.Tepat di atas ranjang.Peristiwanya enam tahun lalu di sebuah hotel berbintang empat di Bandung.

'Kecelakaan' serupa terjadi di hotel berbintang di Jl Thamrin, Jakarta, pd 1984.Langit-langit sepanjang 16 meter di lantai 8 dan 14 sekonyong-konyong rontok.Untung tak ada korban jiwa.Ada apa? Bagi Prof HM Surjono Surjokusumo, jawabannya sudah jelas.`'Ini amat mungkin pekerjaan Coptotermes yang memakan kayu-kayu penyangga atap bangunan,'' papar peneliti senior rayap Institut Pertanian Bogor (IPB) itu, Rabu (5/4).

Coptotermes adalah nama jenis rayap.Lengkapnya Coptotermes curvignathus.Ia jenis rayap paling ganas, dan, naasnya, amat gandrung hidup di Indonesia.Jenis rayap inilah yang baru-baru ini `mengguncang' istana Presiden RI.Bagaimana Coptotermes curvignathus menggerogoti atap istana?

Ir Yudi Rismayadi, peneliti di Rumah Rayap IPB, terang-terangan menyebut kerusakan istana presiden sudah amat parah.`'Cuma dua hari kami memeriksa atap istana (pd September 2005), tapi itu sudah cukup untuk mengambil kesimpulan istana presiden perlu perbaikan amat mendesak,'' kata Yudi yang terjun langsung.

Bahaya laten

Rayap menggerogot tanpa suara.Tahu-tahu kayu penyangga bangunan sudah lapuk.Keruntuhan bangunan pun cuma soal waktu.Inilah alasan rayap pantas disebut bahaya laten.

Berapa lama bangunan akan rontok? Tergantung jumlah rayap.Juga, tergantung jumlah volume kayu penyangga pd bangunan.Tapi Yudi memberi petunjuk.Satu ekor rayap mengonsumsi sekitar 0,03 gram selulosa kayu per hari.Sementara satu koloni dihuni 2,6 juta rayap.''Nah, di satu bangunan jumlah koloni rayap biasanya lebih dari satu,'' kata Yudi.

Sulit menghindari rayap.Malah, kata Surjono, ''Kita hidup di antara rayap-rayap.'' Penyebabnya, menurut dia, nyaris semua material bangunan memuat selulosa.Rayap adalah pemakan selulosa.Polimer organik ini, terutama, terdekomposit pd bahan organik (kayu).

Jangan heran jika puluhan juta rayap tengah bergentayangan di rumah Anda saat ini.Survei Laboratorium Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB, menyebut bahwa di DKI Jakarta serangan rayap mencapai 78,3 persen bangunan.Di 10 kota besar lainnya di Pulau Jawa, 25 persen bangunan digerogoti rayap tanah saja (belum termasuk rayap kering).

Rayap memang menyerang tanpa pAndang bulu.Dari bangunan SD inpres hingga gedung pencakar langit.`'Kami menemukan puluhan koloni rayap Coptotermes curvignathus menggerogoti hingga lantai 35 sebuah apartemen elite di Jakarta,'' tutur Surjono.Serangan rayap juga menjadi alasan mengapa ribuan sekolah di Indonesia ambruk.

Laboratorium Hasil Hutan IPB juga mensurvei 200 bangunan milik pemerintah daerah di Depok.Sebanyak 90 persen tercatat diserang rayap.`'Perlu diperhatikan aspek perawatan, terutama jika ada kebocoran pd bangunan,'' tambah Yudi.Rayap terutama menyerang area-area yang lembab.

Serangan rayap juga amat terkait dgn lokasi tanah tempat bangunan tersebut berdiri.Riset Rumah Rayap IPB juga mengungkap rayap menyerang daerah dataran rendah dgn tingkat kelembaban tinggi.Tak heran, Jakarta atau Surabaya menjadi surga bagi rayap.

Tapi secara umum, agak musykil menghindari rayap.Memiliki tanah kaya bahan organik, Indonesia adalah salah satu wilayah sebaran rayap terbesar di dunia.Ada 200 jenis rayap di seantero Indonesia.Tiga jenis di antaranya paling dominan.Mereka adalah Coptotermes curvignathus, Macrotermes gilvus, dan Cryptotermes inspiratus.

Coptotermes adalah yang paling ganas.Secara luar biasa, rayap ini dapat bertahan hidup di berbagai kondisi.Malah, menurut peneliti DNA rayap IPB, Niken Soebekti Msi, rayap Coptotermes di Indonesia telah bermutasi.`'Diduga menjadi lebih ganas dan cerdas,'' papar dia.

Teknik mengusir rayap

Terletak di surga rayap dunia, satu-satunya cara mengatasi rayap adalah mengusirnya secara sistematis.Rumah Rayap IPB mengembangkan dua teknik mengusir rayap.Metode paling efektif adalah teknik umpan.Metode ini dipertimbangkan diterapkan di istana presiden.

Seperti menjebak tikus, metode ini dilakukan dgn memberi umpan makanan beracun pd rayap.Adapun zat racun pd umpan makanan itu bernama heksaflumuron.pd praktiknya, heksaflumuron dioleskan pd kertas tisu.Kertas tisu lalu disimpan pd sebuah boks khusus.Boks khusus biasa ditaruh pd lubang strategis tempat rayap masuk.

Bagaimana heksaflumuron membunuh rayap? Zat ini, kata Yudi, memiliki efek kuat dalam mempengaruhi pembentukan kulit rayap.Heksaflumuron, lanjut dia, adalah semacam sintetis kitin inhibitor.`'Ia dapat menghambat pembentukan kulit pd serangga,'' tuturnya.

Ketika serangga terhambat proses pembentukan kulitnya, ia akan mati.Sebab, untuk tumbuh berkembang, serangga harus ganti kulit.`'Seiring pertumbuhan badannya yang membesar, serangga mengganti kulit (seperti ular).Kalau itu terhambat, tentu saja, akan fatal,'' terang dia.

Yudi mengungkapkan, efek heksaflumuron pd rayap sengaja dibuat lamban.Heksaflumuron tidak sekonyong-konyong akan membunuh rayap.Tujuannya agar rayap-rayap yang sudah terpapar zat racun itu menularkannya pd rayap-rayap lain.Sebab, target pemusnahan adalah seluruh koloni rayap.

Metode itu memanfaatkan sifat rayap yang selalu bersentuhan dgn sesamanya ketika berjumpa (seperti semut).`'Karenanya, efek racun dibuat lamban, hingga semua anggota rayap tercemar.Efek baru terasa beberapa waktu kemudian ketika si rayap akan mengganti kulit,'' tuturnya.dgn metode ini, dalam tempo tiga bulan, seluruh koloni rayap akan musnah dari bangunan.

Hanya, rumah tangga atau pemilik bangunan tak mudah untuk mengaplikasikan metode ini.Diperlukan pihak ketiga untuk dapat mengaplikasikan metode ini secara efektif.''Biasanya dibutuhkan aplikator pengendalian rayap, agar dapat memantau apakah koloni rayap sudah dapat dimusnahkan atau belum.Jika dilakukan sendiri, biasanya kurang berhasil maksimal,'' papar Yudi.

Sementara itu, biaya aplikator pengendali rayap tidak murah-murah amat.Untuk perlakuan tanah, misalnya, dibebani ongkos sekitar Rp 25 ribu per meter persegi.Untuk pengumpanan di seluruh bangunan Rp 180-250 ribu per meter persegi.`'Setelah bebas rayap, bangunan harus dicek setiap tiga tahun sekali,'' papar Yudi.

Selain teknik pengumpanan, metode kedua adalah penyemprotan cairan antirayap (termitisida organoklorin) ke lantai atau tanah.Ada dua jenis termitisida.Yang pertama adalah cairan yang mekanisme kerjanya cuma mengusir atau menolak (repellent organoklorin).`'Jika tanah atau rayap diolesi cairan ini, rayap tak bisa masuk.Rayap langsung pergi, namun tidak mati,'' papar Yudi.

Karena itulah dikembangkan organoklorin jenis kedua, yakni yang bisa langsung membunuh (non-repellent organoklorin).Cairan ini bisa langsung merembes ke kulit rayap, dan merusak sistem syaraf rayap hingga tewas.`'Berbeda dgn cairan sebelumnya, zat ini memiliki orientasi untuk mengeliminasi koloni, tidak sekadar mengusirnya,'' tutur dia.

Namun metode ini memiliki kekurangan.Sebab konsumen sulit memonitor apakah koloni rayap sudah benar-benar habis di bangunan tersebut.Monitor koloni dapat dilakukan secara efektif oleh metode pengumpanan.

Fakta Angka

2,6 Juta

Jumlah rayap dalam satu koloni.

0,03 Gram

Selulosa kayu yang dimakan seekor rayap per hari.

Bisa Jadi Antibiotik

Alih-alih merugikan, rayap dapat pula dikembangkan menjadi bahan berfaedah.`'Lihat ini,'' seloroh Yudi, menyodorkan tangannya.Empat ekor rayap tampak asyik berkelindan di lengan Yudi, dan sekonyong-konyong menggigitnya.Di lokasi bekas gigitan rayap tampak cairan putih lengket.

Cairan itu namanya heksudat.Buat peneliti rayap IPB, Fara Diba, cairan ini adalah berkah tak terhingga.Melakukan riset untuk disertasi doktoralnya di IPB, Fara Diba berhasil mengubah cairan itu menjadi antibiotik.

Antibiotik ini kelak dapat digunakan untuk membunuh bakteri Escherica coli, penyebab diare.Juga memangkas jamur fusarium pd semai tanaman kehutanan, seperti pinus.Di AS, rayap malah sudah diberdayakan menjadi sumber energi alternatif.

sumber Bahaya Laten Rayap : Republika.co.id
Bahaya Laten Rayap