MEREFLEKSIKAN PUASA
MEREFLEKSIKAN PUASA
Reuni dan romantisme keluarga harusnya terbangun dgn indah di bulan puasa.Selain jadwal makan bersama keluarga menjadi agenda harian, kesempatan menjelang dan sesudah buka atau sahur pun menjadi media yang efektif untuk membangun kedekatan dan forum berbagi di antara anggota keluarga.
Anak-anak dan orang tua yang biasanya asyik dgn kesibukan sendiri-sendiri, saat Ramadhan menjadi bersatu, bercengkerama, dan saling berdiskusi.pd Ramadhan ini, setiap anggota keluarga berusaha untuk selalu berkumpul dgn keluarga, bahkan yang sangat sibuk sekali pun.Apalagi media puasa dijadikannya untuk saling mengevaluasi diri (muhasabah).Kebersamaan anak dgn orang tua di bulan puasa bisa dijadikan media pendidikan pd anak untuk belajar tentang kejujuran, kerja keras, disiplin, kesabaran, dan rasa syukur.
Pertama, mendidik kejujuran.Berpuasa memiliki target akhir pd ketakwaan (QS Al Baqarah:183).Sedangkan salah satu refleksi ketakwaan dalam kehidupan adalah sikap jujur.Puasa memiliki korelasi yang kuat dgn sikap positif ini.Seorang anak bisa saja mengaku berpuasa, pdhal tanpa sepengetahuan orang tuanya ia telah berbuka.Apalagi ibadah puasa ini hubungannya langsung dgn Allah Yang Maha Mengetahui.
Kedua, puasa mendidik kerja keras.Allah SWT berfirman, ''Dan katakanlah, bekerjalah Kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang Mukmin akan melihat pekerjaanmu itu .'' (QS At Taubah:105).Saat berpuasa, kita senantiasa dituntut untuk tetap bekerja, dan bagi anak-anak, puasa akan sangat disesuaikan dgn kemampuannya.
Bekerja keras, bagi orang beriman, bukanlah suatu tuntutan karena adanya pengawasan dari atasan.Orang beriman akan senantiasa merasa diawasi langsung oleh Allah SWT (muraqabatullah).Puasa akan mendidik orang tetap bekerja meski tidak diawasi manusia.Perwujudan kerja keras ini dapat juga dilihat dari semangat untuk menjalankan ibadah yang dianjurkan pd bulan Ramadhan.Seseorang yang jarang shalat sekalipun, akan berusaha untuk menunaikan shalat secara lengkap dan tepat waktu, bahkan shalat Tarawih, saat Ramadhan.
Ketiga, puasa mendidik untuk disiplin.Bayangkan, hanya lebih cepat sedetik saja, orang yang berpuasa tidak mau untuk berbuka puasa, dan ini berlaku untuk semua orang termasuk anak-anak kita.Belajar berdisiplin bukan berarti menyiksa diri sendiri, namun belajar tentang kesabaran dan kebahagiaan.Keempat, puasa mengajarkan kesabaran.pd hari lain di luar puasa, sepertinya kemarahan begitu mudah terjadi, namun pd waktu berpuasa kita diingatkan untuk bersabar agar pahala puasa kita tidak batal.Kelima, puasa mengajarkan rasa syukur.Orang yang berpuasa akan merasakan lapar dan dahaga.Di sinilah rasa kepekaan sosial kita dilatih, apakah dgn puasa kita menjadi seorang dermawan.
Pertanyaan yang paling penting adalah sudahkah media puasa ini kita manfaatkan bersama? Dan mungkinkah media kebersamaan ini kita hapus kembali setelah puasa? Tentunya kita berharap kebersamaan itu tetap ada untuk selama-lamanya, sehingga kita dan anak-anak menjadi lebih berkualitas dan bangsa ini menjadi lebih baik.
sumber Merefleksikan Puasa : Republika.co.id
Merefleksikan Puasa