Minggu, 24 Agustus 2008

Puasa Tanpa Bau Mulut, Mungkinkah? Berita Terkini

PUASA TANPA BAU MULUT, MUNGKINKAH?

PUASA TANPA BAU MULUT, MUNGKINKAH?

Marhaban ya Ramadhan.Tak lama lagi, umat Islam di seluruh dunia kembali berjumpa dgn bulan suci yang dinanti-nantikan ini.Seperti tahun-tahun sebelumnya, kita kembali bisa merasakan nikmatnya berbuka puasa dan bersantap sahur.

Puasa di bulan Ramadhan, bagi umat Islam, memang memberikan nikmat dan manfaat rohani yang tak terkira.Namun, sejumlah penelitian juga membuktikan, puasa banyak sekali manfaatnya bagi kesehatan jasmani.Berpuasa akan memberi kesempatan pd organ pencernaan kita untuk beristirahat sehingga organ itu bisa dibersihkan dan membentuk zat-zat baru yang dibutuhkan.Tak cuma itu.Proses pembersihan dan pelepasan racun dari usus, ginjal, kandung kemih, paru-paru, serta kulit, juga lebih meningkat saat puasa.Jadi, jangan heran, jika setelah berpuasa selama sebulan, Anda merasa lebih fit dan bugar.

Namun, buat yang tetap aktif bekerja dan berhubungan dgn banyak orang selama bulan Ramadhan, ada satu hal yang kerap dicemaskan.Apalagi kalau bukan masalah bau mulut (halitosis).''Bau mulut ketika puasa terjadi karena kekeringan pd mulut akibat kurangnya cairan (saliva atau air ludah).Karena saliva berkurang, bakteri dalam mulut pun jadi lebih banyak sehingga muncullah bau mulut,'' kata dokter Sonia Wibisono ketika berbicara dalam sebuah talkshow bertema Mulut Sehat dan Segar Saat Berpuasa di Hotel Gran Mahakam, Jakarta, belum lama ini.

pd kesempatan itu, dokter cantik alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) 2001 ini juga menjelaskan lebih jauh mengenai bau mulut.Menurutnya, selain kekurangan cairan karena berpuasa, secara umum bau mulut juga bisa timbul karena berbagai sebab, yaitu:

* Makanan.

Ada beberapa jenis bahan makanan yang berpotensi mengeluarkan aroma kurang sedap dari mulut Anda.Sebut saja misalnya: bawang merah, bawang putih, petai, jengkol, durian, ikan, daging, juga berbagai produk susu.* Gigi berlubang, infeksi gusi, karang gigi.

Ketiga hal ini disebabkan oleh bakteri yang bersarang di sisa-sisa makanan yang tertinggal di sela-sela gigi, gusi, dan lidah.Gigi berlubang yang tak terawat dgn baik akan membentuk abses (pengumpulan nanah).''Bakteri yang hidup di dalamnya, akan memetabolisasikan jaringan-jaringan mati sehingga menimbulkan bau mulut.''

* Penyakit saluran pernapasan seperti radang tonsil dan sinus.

* Diet.

Ketika seseorang melakukan diet yang membuatnya jarang mengunyah makanan, maka ancaman bau mulut pun timbul.''Saat kita makan, saliva banyak terbentuk, dan ini akan membantu membersihkan bagian belakang mulut yang biasanya banyak mengandung bakteri,'' terang dokter yang membintangi sejumlah iklan ini.

* Merokok.

Kebiasaan merokok membuat tar dan nikotin bertumpuk, saliva pun berkurang.Nah, ini meningkatkan risiko penyakit gusi dan sinus, yang ujung-ujungnya bisa menimbulkan bau mulut.

* Lidah kotor.

Lidah yang kotor karena jarang dibersihkan berpotensi menimbulkan plak, tentunya dgn tumpukan bakteri di sana.Ini bisa menimbulkan bau mulut.

* Selain itu ada sejumlah gangguan kesehatan dan penyakit yang bisa menimbulkan bau mulut, yaitu: penyakit maag, gangguan hati, gangguan ginjal, penyakit diabetes yang tidak terkontrol, penyakit paru, dan sulit buang air besar.

Kiat mengatasi bau mulut

Untuk mengatasi bau mulut saat puasa, Sonia menyarankan untuk selalu menggosok gigi setelah sahur, berbuka puasa, dan mau tidur.Gosoklah gigi Anda secara benar, sehingga semua bagian gigi dan rongga mulut benar-benar bersih.

Untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang ada di sela-sela gigi, Anda bisa gunakan dental floss.''Pilih yang netral tanpa pengharum.Cek baunya.Bersihkan lagi kalau masih berbau,'' saran Sonia.

Tak cuma sisa-sisa makanan yang ada di sela gigi.Bagian atap mulut juga harus disikat dgn baik.Begitu juga lidah, mesti dibersihkan agar tidak menimbulkan aroma busuk.Setelah benar-benar bersih, sempurnakan 'acara' membersihkan gigi dan mulut dgn cairan kumur antiseptik yang tepat.''Pilih cairan kumur yang baik.Karena ada cairan kumur yang cuma bikin mulut terasa segar tanpa bisa mengurangi bakteri yang ada di dalam mulut.''

Cukupkah hanya menggosok gigi dan berkumur dgn obat kumur? Ternyata belum.Ada beberapa hal lain yang perlu Anda lakukan untuk mendukung kesehatan gigi dan mulut Anda selama berpuasa, yaitu: banyak minum setelah berbuka dan pd saat sahur.Jangan lupa pula, perbanyak konsumsi sayur dan buah.Anda yang biasa merokok, sebisa mungkin hentikan kebiasaan buruk ini.Konsumsi minuman berkafein sebaiknya juga dikurangi, atau bahkan dihindari.''Kafein bersifat diuretik (merangsang pengeluaran urine), sehingga bisa membuat mulut menjadi kering,'' tutur Sonia.Yang tak kalah pentingnya adalah melakukan aktivitas ringan secara teratur selama dalam bulan Ramadhan, dan menghindari stres.

Saran serupa juga disampaikan oleh dokter Marojahan Hutagalung, manajer produk PT Mahakam Beta Farma, perusahaan farmasi yang memproduksi berbagai produk antiseptik di Indonesia, salah satunya obat kumur Betadine.Menurut Marojahan, yang akrab disapa Jack, berkumur menggunakan cairan antiseptik Betadine setelah makan sahur dan berbuka puasa, besar manfaatnya untuk mengatasi bau mulut selama berpuasa.Obat kumur ini mengandung antiseptik yaitu povidone iodine 1%.Riset yang dilakukan Napp Laboratories, Cambridge menunjukkan, povidone iodine merupakan zat antiseptik kuat yang ampuh membunuh berbagai kuman (bakteri, jamur, parasit) penyebab gangguan kesehatan dan kesegaran pd mulut.Selain efektif membunuh kuman, zat antiseptik yang yang telah digunakan sejak tahun 1960 ini juga aman karena jarang menimbulkan efek samping.

Tak hanya bau mulut, kata Jack, obat kumur ini juga efektif mengatasi plak gigi, infeksi atau radang tenggorokan, sariawan, gusi berdarah, dan sakit gigi.''pd saat sakit tenggorokan, berkumurlah dgn cara mendongakkan kepala sehingga cairan mencapai ke tenggorokan selama setengah sampai 1 menit untuk memperoleh hasil yang optimal,'' saran Jack.

sumber Puasa Tanpa Bau Mulut, Mungkinkah? : Republika.co.id
Puasa Tanpa Bau Mulut, Mungkinkah?