Jumat, 25 Juli 2008

Konsekuensi Gaji Besar Berita Terkini

KONSEKUENSI GAJI BESAR

KONSEKUENSI GAJI BESAR

Tenaga-tenaga kerja itu bernama pesepakbola. Layaknya pekerja, kerap kali para pemain menginginkan tempat kerja yang lebih baik. Nah, fulus kebanyakan menjadi alasan pertama perpindahan ke klub baru.


Kaka, bernilai setiap sennya.


Tidak aneh jika pemain memilih tempat kerja alias klub anyar yang menawarkan sesuatu yang lebih dibanding tempat lama. Hal yang ditawarkan itu bisa nonfisik seperti tantangan atau kebanggaan atau fisik seperti trofi atau uang.

Well, benda terakhir tak jarang menjadi faktor pendorong utama. Sama halnya keharusan klub menawarkan gaji yang lebih tinggi lagi kalau ingin menahan bintangnya ke kubu lain. Bayaran baru yang menggiurkan merupakan alat terbaik bagi klub dalam merayu bintang agar mengenakan kostum mereka.


Menjadi tak mengherankan bila dana untuk menggamit dan menggaji pemain menjadi yang terbesar dalam pengeluaran klub, terutama klub besar dan doyan belanja. Dominasi itu sudah terlihat sejak masih dalam bentuk anggaran.

Man. United, misalnya, pada 2003/04 merogoh lebih dari 60 juta pound untuk pembelian dan pembayaran gaji pemain. Musim itu, Setan Merah mendatangkan Cristiano Ronaldo dengan nilai 12 juta pound dari Sporting dan 12,8 juta untuk Louis Saha dari Fulham plus sekitar 11,6 untuk tiga lainnya.

Artinya sekitar 20 juta untuk menggaji para pemain. Jika ada 40 pemain dalam klub tersebut, rata-rata setengah juta pound didapat. Jumlah yang tidak sedikit, bukan?


Kontribusi


Namun, klub sepakbola pascamodern jelas bukan tempat yang memberlakukan kebijakan sama rata. Bintang-bintang berkilau mesti dibayar mahal. Gaji ideal tentu sesuai kemampuan.

Nah, jawaban pertanyaan apakah pemain dibayar terlalu tinggi bisa dilihat dari kontribusi mereka untuk si pemberi gaji. Ricky Kaka menjadi pemain dengan bayaran tertinggi. Milan mengganjarnya 9 juta euro per tahun. Tentu hanya segelintir orang yang menyangkal si pemain bernilai setiap sen untuk I Rossoneri.


Ronaldinho di tempat kedua, juga membayar harga mahalnya dalam beberapa musim awal di Barcelona. Namun, musim kemarin kepantasan gaji gede pemain Brasil ini dipertanyakan. Opini gaji kebesaran pun tak terperikan.

Meski sekarang melempem, klub yang berminat menariknya dari Barcelona, seperti Chelsea atau Milan, bisa jadi tak berani menawarkan uang yang lebih rendah ketimbang pemberian Barca. Susah mengharapkan negosiasi menghasilkan gaji yang lebih kecil.


Kelayakan 7/10 Inggris


Musim lalu, gelandang serang Milan, Ricardo Kaka, menjadi penerima gaji terbesar di dunia. Dari daftar sepuluh besar gaji tergemuk, terdapat fakta yang tak kalah menggelitik, yakni ada tujuh pemain dari tiga klub Premier League Inggris.

Pemerhati sisi finansial olahraga terpopuler ini mungkin berharap liga termahal di dunia itu bersiap mematahkan rekor Kaka. Peluang ke arah sana cukup besar.


Tiga dari tujuh pemain tersebut di antaranya adalah putra asli Inggris. Dua orang Inggris yang bermain untuk Chelsea, Frank Lampard dan John Terry, menempati posisi ketiga dan keempat pemain bergaji tertinggi. Kapten Liverpool, Steven Gerrard, berada di peringkat ke-10.


Lagi-lagi kelayakan mereka menerima bayaran tinggi menjadi persoalan. Melihat torehan 2007/08, di mana Chelski hanya menjadi runner-up di tiga arena, boleh jadi bayaran Terry dan Lamps terlalu mahal. Stevie G. pun demikian karena The Reds tak meraih apa pun musim lalu kecuali jatah ke Liga Champion.


Saat menimbang-nimbang kepantasan, sebuah penelitian dapat menjadi pembanding. The Press Association mengungkapkan bahwa 38 ribu pound adalah gaji ideal per tahun bagi pekerja di Inggris.

Angka ini keluar usai studi menghasilkan kesimpulan bahwa rata-rata orang di negeri Ratu Elizabeth menerima gaji 25 ribu dengan pendapatan ekstra yang dimaui sebesar 13 ribu.

Menarik juga mendapati jumlah ideal bagi kebanyakan orang Inggris itu hanya sedikit lebih banyak dibanding apa yang didapat Terry atau Lampard cuma dalam dua hari kerja. Dari sana, mungkin terasa betapa bayaran para pemain ini sangat tinggi.

Akhirnya, jangan coba mengonversikan pendapatan per tahun para pemain itu ke dalam rupiah dan membandingkannya dengan pendapatan per kapita Indonesia.

sumber Konsekuensi Gaji Besar : BolaNews.Com
Konsekuensi Gaji Besar