Sabtu, 30 Agustus 2008

Apa Pantas Berharap Surga? Berita Terkini

APA PANTAS BERHARAP SURGA?

APA PANTAS BERHARAP SURGA?

Sholat dhuha cuma dua rakaat, qiyamullail (tahajjud)

juga hanya dua rakaat, itu pun sambil

terkantuk-kantuk.

Sholat lima waktu? Sudah jarang di masjid, milih

ayatnya yang pendek-pendek pula.Tanpa doa, dan

segala macam puji untuk Allah, Dilipatlah sajadah

yang belum lama tergelar itu.

Lupa pula dgn sholat rawatib sebelum maupun sesudah

shalat wajib.

Satu lagi, semua di atas itu belum termasuk

catatan:.

"Kalau tidak terlambat" atau "Asal nggak bangun

kesiangan".dgn sholat model begini, apa pantas

mengaku ahli ibadah?

pdhal Rasulullah dan para sahabat senantiasa mengisi

malam-malamnya.

dgn derai tangis memohon ampunan kepd Allah.

Tak jarang kaki-kaki mereka bengkak oleh karena

terlalu lama berdiri dalam khusyuknya.

Kalimat-kalimat pujian dan pinta tersusun indah seraya

berharap .Allah Yang Maha Mendengar mau

mendengarkan keluh mereka.

Ketika adzan berkumAndang, segera para sahabat

meninggalkan semua aktivitas .menuju sumber

panggilan, .

kemudian waktu demi waktu mereka habiskan untuk

bersimpuh.

di atas sajadah-sajadah penuh tetesan air mata.

Baca Qur'an sesempatnya, tanpa memahami arti dan

maknanya, apalagi meresapi hikmah yang terkandung di dalamnya.

Ayat-ayat yang mengalir dari lidah ini tak sedikit pun

membuat dada ini bergetar, pdhal tAnda-tAnda orang beriman itu adalah .

ketika dibacakan ayat-ayat Allah maka tergetarlah

hatinya.

Hanya satu dua lembar ayat yang sempat dibaca sehari, itu pun tidak rutin.

Kadang lupa, kadang sibuk, kadang malas.Yang begini

ngaku beriman?

Tidak sedikit dari sahabat Rasulullah yang menahan

nafas mereka .

untuk meredam getar yang menderu saat membaca

ayat-ayat Allah.

Sesekali mereka terhenti, .

tak melanjutkan bacaannya ketika mencoba menggali

makna terdalam .

dari sebaris kalimat Allah yang baru saja dibacanya.

Tak jarang mereka hiasi mushaf di tangan mereka dgn

tetes air mata.

Setiap tetes yang akan menjadi saksi di hadapan Allah

bahwa mereka jatuh karena.lidah-lidah indah yang

melafazkan ayat-ayat Allah dgn pemahaman dan

pengamalan tertinggi….

Bersedekah jarang, begitu juga infak.

Kalau pun ada, itu pun dipilih mata uang terkecil yang

ada di dompet.

Syukur-syukur kalau ada receh.Berbuat baik terhadap

sesama juga jarang, paling-paling kalau sedang ada

kegiatan bakti sosial, yah hitung-hitung ikut

meramaikan.

Sudahlah jarang beramal, amal yang paling mudah pun

masih pelit, senyum.

Apa sih susahnya senyum?

Kalau sudah seperti ini, apa pantas berharap Kebaikan

dan Kasih Allah?

Rasulullah adalah manusia yang paling dirindui, senyum

indahnya, tutur lembutnya, belai kasih dan perhatiannya, juga

pembelaannya bukan semata miliki Khadijah, Aisyah, dan

istri-istri beliau yang lain.

Juga bukan teruntuk Fatimah dan anak-anak Rasulullah

lainnya.

Ia senantiasa penuh kasih dan tulus terhadap semua

yang dijumpainya, .bahkan kepd musuhnya sekali

pun.

Ia juga mengajarkan para sahabat untuk berlomba

beramal shaleh, berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya

dan sebaik-baiknya.

Setiap hari ribut dgn tetangga.Kalau bukan sebelah

kanan, .ya tetangga sebelah kiri.

Seringkali masalahnya cuma soal sepele dan remeh

remeh, tapi permusuhan bisa berlangsung berhari-hari, kalau

perlu ditambah sumpah tujuh turunan.

Waktu demi waktu dihabiskan untuk menggunjingkan aib

dan kejelekan saudara sendiri.

Detik demi detik dada ini terus jengkel.setiap kali

melihat keberhasilan orang dan berharap orang lain

celaka .atau mendapatkan bencana.

Sudah sedemikian pekatkah hati yang tertanam dalam

dada ini?

Adakah pantas hati yang seperti ini bertemu dgn

Allah dan Rasulullah kelak?

Wajah indah Allah dijanjikan akan diperlihatkan hanya

kepd orang-orang beriman yang masuk ke dalam surga

Allah kelak.

Tentu saja mereka yang berkesempatan hanyalah para

pemilik wajah indah pula.

Tak inginkah kita menjadi bagian kelompok yang

dicintai Allah itu?

Lalu kenapa masih terus bermuka masam terhadap saudara

sendiri?

dgn adik tidak akur, kepd kakak tidak hormat.

Terhadap orang tua kurang ajar, sering membantah, sering membuat kesal hati mereka, apalah lagi

mendoakan mereka, mungkin tidak pernah.

pdhal mereka tak butuh apa pun .selain sikap

ramah penuh kasih dari anak-anak yang telah mereka

besarkan .

dgn segenap cinta.Cinta yang berhias peluh, air

mata, juga darah.

Orang-orang seperti kita ini, apa pantas berharap

surga Allah?

Dari ridha orang tua lah, ridha Allah diraih.

Kaki mulia ibu lah yang disebut-sebut tempat kita

merengkuh surga.

Bukankah Rasulullah yang tak beribu memerintahkan

untuk berbakti kepd ibu, bahkan tiga kali beliau

menyebut nama ibu sebelum kemudian nama Ayah?

Bukankah seharusnya kita lebih bersyukur saat .

masih bisa mendapati tangan lembut untuk dikecup, kaki

mulia tempat bersimpuh, dan wajah teduh yang teramat

hangat dan menyejukkan?

Karena begitu banyak orang-orang yang tak lagi

mendapatkan kesempatan itu.

Ataukah harus menunggu Allah memanggil orang-orang

terkasih itu.

hingga kita baru merasa benar-benar membutuhkan

kehadiran mereka?

Jangan tunggu penyesalan..

Bagaimanakah sikap kita ketika bersimpuh di pangkuan

orang tua .

ketika iedul Fitri yang baru berlalu .?

Apakah hari itu.hanya hari biasa yang dibiarkan

berlalu tanpa makna.?

Apakah siang harinya.kita sudah mengantuk.dan

akhirnya tertidur lelap.?

Apakah kita merasa sulit tuk meneteskan air mata.?

atau bahkan kita menganggap cengeng.? sampai

sekeras itukah hati kita.?

Ya.Allah .ya Rabb-ku.jangan Kau paling hati

kami menjadi hati yg keras., sehingga meneteskan

air matapun susah.merasa bersih.merasa

suci.merasa tak bersalah.merasa tak butuh

orang lain.merasa modernis.dan

visionis.

pdhal dibalik cermin masa depan yang kami

banggakan.terlukis bayang hampa tanpa

makna.dan kebahagiaan semu penuh ragu.

Astaghfirullaah .

Yaa Allah.ampunilah segenap khilaf kami.Amin

Hiasi hidup dgn ibadah, jalin ukhuwah tegakkan dakwah.

sumber Apa Pantas Berharap Surga? : Partai-keadilan-sejahtera@yahoogroups.com
Apa Pantas Berharap Surga?