Senin, 11 Agustus 2008

Kisah dari Negeri yang Menggigil Berita Terkini

KISAH DARI NEGERI YANG MENGGIGIL

KISAH DARI NEGERI YANG MENGGIGIL

KISAH DARI NEGERI YANG MENGGIGIL

(untuk adinda: Khaerunisa)

Kesedihan adalah kumpulan layang-layang hitam

yang membayangi dan terus mengikuti

hinggap pd kata-kata

yang tak pernah sanggup kususun

juga untukmu, adik kecil

Belum lama kudengar berita pilu

yang membuat tangis seakan tak berarti

saat para bayi yang tinggal belulang

mati dikerumuni lalat karena busung lapar

: aku bertanya pd diri sendiri

benarkah ini terjadi di negeri kami?

Lalu kulihat di televisi

ada anak-anak kecil

memilih bunuh diri

hanya karena tak bisa bayar uang sekolah

karena tak mampu membeli mie instan

juga tak ada biaya rekreasi

Beliung pun menyerbu

dari berbagai penjuru

menancapi hati

mengiris sendi-sendi diri

sampai aku hampir tak sanggup berdiri

: sekali lagi aku bertanya pd diri sendiri

benarkah ini terjadi di negeri kami?

Lalu kudengar episodemu adik kecil

pd suatu hari yang terik

nadimu semakin lemah

tapi tak ada uang untuk ke dokter

atau membeli obat

sebab ayahmu hanya pemulung

kaupun tak tertolong

Ayah dan abangmu berjalan berkilo-kilo

tak makan, tak minum

sebab uang tinggal enam ribu saja

mereka tuju stasiun

sambil mendorong gerobak kumuh

kau tergolek di dalamnya

berselimut sarung rombengan

pias terpejam kaku

Airmata bercucuran

peluh terus bersimbahan

Ayah dan abangmu

akan mencari kuburan

tapi tak akan ada kafan untukmu

tak akan ada kendaraan pengangkut jenazah

hanya matahari mengikuti

memanggang luka yang semakin perih

tanpa seorang pun peduli

: aku pun bertanya sambil berteriak pd diri

benarkah ini terjadi di negeri kami?

Tolong bangunkan aku, adinda

biar kulihat senyummu

katakan ini hanya mimpi buruk

ini tak pernah terjadi di sini

sebab ini negeri kaya, negeri karya.

Ini negeri melimpah, gemerlap.

Ini negeri cinta

Ah, tapi seperti duka

aku pun sedang terjaga

sambil menyesali

mengapa kita tak berjumpa, Adinda

dan kau taruh sakit dan duKamu

pd pundak ini

Di angkasa layang-layang hitam

semakin membayangi

kulihat para koruptor

menarik ulur benangnya

sambil bercerita

tentang rencana naik haji mereka

untuk ketujuh kalinya

Aku putuskan untuk tak lagi bertanya

pd diri, pd ayah bunda, atau siapa pun

sementara airmata menggenangi hati dan mimpi.

: aku memang sedang berada di negeriku

yang semakin pucat dan menggigil

(Abdurahman Faiz, 7 Juni 2005)

sumber Kisah dari Negeri yang Menggigil : Helvytr.multiply.com
Kisah dari Negeri yang Menggigil