Rabu, 27 Agustus 2008

Sampai dimana kesadaran kita menghargai sebutir Nasi? Berita Terkini

SAMPAI DIMANA KESADARAN KITA MENGHARGAI SEBUTIR NASI?

SAMPAI DIMANA KESADARAN KITA MENGHARGAI SEBUTIR NASI?

Dulu setiap suku di Indonesia memiliki makanan pokok khas daerah.Meskipun sekarang masih ada, tapi hampir sebagian besar daerah di Indonesia sekarang ini mengkonsumsi beras (nasi) sebagai makanan pokok.

Dulu Indonesia dikenal sebagai lumbung padi dgn swasembada beras bahkan sempat mengekspor beras ke luar negri.Catatan hari ini Indonesia termasuk negara yang mengimpor beras dari luar negri sedang 60% lebih penduduk Indonesia hidup di pedesaan dari bertani.

Ada proses yang panjang sebelum menjadi nasi.Petani menanam benih; benih padi tumbuh antara 3 6 bulan untuk berbuah dan siap dipanen; padi dipanen dan dijemur; padi digiling menjadi beras; beras dimasak menjadi nasi hingga siap dimakan.Kesimpulannya ada banyak waktu dan banyak tangan yang terlibat disetiap tahapan itu, apalagi jika ditambahkan proses distribusi dari sawah hingga akhirnya sampai ke toko-toko beras, semakin menambah jumlah yang terlibat.

Nenek moyang dan orang tua sangat menghargai beras (nasi).Penghargaan mereka beralasan; karena mereka terlibat dalam setiap tahapan.Dari menabur benih hingga memanen.Dari menggiling hingga memasak dan makan.Di pagi buta mereka ke sawah, di bawah terik mentari mereka bekerja melawan sayatan daun padi, ulat dan ular serta debu padi yang membuat gatal.Wajar bila kita menyisakan satu butir nasi di piring, mereka akan marah, sangat marah bahkan.

Kehidupan kota terlebih wilayah industri seperti Bekasi, seakan telah menyulap segalanya.Industri dan gaya hidup kota menuntut serba cepat dan instan.Begitu pula masalah nasi.Banyak diantara kita yang tidak perlu memasak sendiri dan tinggal makan karena nasi sudah siap saji.Dari situlah lambat laun penghargaan manusia terhadap nasi menjadi semakin menurun.

Hampir di setiap jamuan makan, kantin, warung nasi, restoran dan semua tempat yang di situ ada nasi, pastilah ada nasi sisa di tempat pembuangan sampah.Mereka menyisakan nasi dgn beragam alasan.Ada yang menyalahkan juru masak karena nasi terlalu lembek atau terlalu keras.Ada yang menggunjing kualitas beras, kotor dan apek.Ada yang klise; sudah kenyang atau nasinya kebanyakan, lauk tidak enak dan tidak selera.Tapi hasilnya satu, nasi sisa dan akhirnya terbuang percuma.

Cobalah kita hitung.Sebuah Perusahaan dgn 9000 (sembilan ribu) karyawan yang menyediakan makan siang (1 kali makan) untuk enam hari kerja.Misalkan; dgn hitungan kasar 100 gram beras dimasak menghasilkan 200 gram nasi untuk sekali makan per orang.Jika satu orang karyawan menyisakan rata-rata 1/10 (10%) dari nasi yang seharusnya dia makan, maka terbuang nasi sebanyak 20 gram sekali makan.Jika dikalikan 9.000 karyawan terbuang nasi sebanyak180.000 gram atau senilai 90.000 gram beras.Jadi setiap hari di Perusahaan tersebut terbuang 90 kilogram beras.Jika sebulan, maka dikalikan 30 hari menjadi 2.700 kg beras terbuang.Jika setahun, maka dikali 12 bulan menjadi 32.400 kg beras terbuang.

Contoh di atas hanya satu perusahaan.Tahukah Anda berapa perusahaan di Indonesia?.Jika ada 100 perusahaan dgn jumlah karyawan dan kasus yang sama, maka dikali 100 menjadi 3.240.000 kg beras terbuang setiap tahun, atau setara dgn 3.240 ton.Hitungan di atas diambil minimal, karena menurut hemat kami nasi tersisa bisa mencapai lebih dari 10% per orang, satu orang bukan satu kali tapi tiga kali makan dan jumlah perusahaan bisa lebih dari 100.Lalu berapa beras yang terbuang percuma setiap tahun di negeri pengimpor beras ini?.

Marilah ikuti pesan Rasulullah; Makanlah ketika lapar dan berhentilah sebelum kenyang.Makanlah secukupnya dan jangan berlebihan karena tabdzir adalah perbuatan syaitan.Wallahua`lam bishowab.

sumber Sampai dimana kesadaran kita menghargai sebutir Nasi? : Alhikmah.com
Sampai dimana kesadaran kita menghargai sebutir Nasi?