SHALAT DI LUAR ANGKASA
SHALAT DI LUAR ANGKASA
Astronot Malaysia yang kali pertama akan melakukannya
''Di mana Tuhan?.Yuri Gagarin tak melihat Tuhan di luar angkasa,''.Dari mulut ke mulut, selorohan ini menyebar di masyarakat komunis Uni Soviet pd 1960-an dan segera menjadi olok-olok.Meski, besar kemungkinan Gagarin tak pernah melontarkan selorohan itu.
Olok-olok serupa tak terdengar ketika Amerika Serikat (AS) menerbangkan Neil Amstrong ke Bulan.Meski demikian, di Barat kedigdayaan sains kerap disalahtafsirkan sebagai kekalahan agama, yang ujung-ujungnya 'pendiskreditan' Tuhan juga.
Empat dasawarsa kemudian, pd 2003, Cina mengikuti jejak Soviet dan AS menerbangkan astronotnya, Yang Li Wei, ke ruang angkasa.Olok-olok tentang Tuhan tak lagi terdengar.Apalagi Perang Dingin sudah berakhir dan Cina tak lagi berbaju komunis.
Namun tak ada yang berubah pd setiap misi luar angkasa.Armstrong, Li Wei atau Gagarin, tak menunjukkan ekspresi keagaaman apa pun sepanjang ekspedisinya.pdhal para astronot ini tengah mengarungi ruang semesta ciptaan sang Maha Perkasa.Bagi negara sekular-liberal tadi, ekspresi keagamaan tak penting dan tak mesti diekspos.
'Ritual' terkenal Armstrong malah ketika ia menancapkan bendera AS di permukaan Bulan.Gagarin yang berada di ruang angkasa selama 108 menit pun tak mau mengakui keagungan Tuhan saat melihat Bumi yang biru dari atas atmosfer.
Namun, nuansa sekuler ini dijamin akan berubah 180 derajat Andai dua astronot dari Malaysia kelak mengangkasa tahun depan.Untuk pertamakalinya, barangkali, nama Tuhan dilafalkan manusia dari atas Bumi.
Praktikkan Islam
Malaysia membuat kejutan.Negara yang pd 1960-an masih mengimpor guru dari Indonesia itu bakal melakukan terobosan besar dgn menerbangkan astronotnya ke ruang angkasa.Negara mayoritas muslim ini sekaligus akan menunjukkan bagaimana praktik shalat dilakukan di ruang angkasa untuk pertamakalinya dalam sejarah.
Saat ini empat orang kandidat astronot asal Malaysia tengah mengikuti proses seleksi.Mereka adalah Faiz Khaleed, Sheikh Muszaphar Shukor, Mohammed Faiz Kamaluddin, dan S Vanajah Siva Subramaniam.
Dua astronot akan dipilih mewakili Malaysia ke luar angkasa.Mereka akan terbang bersama pesawat ulang alik milik Rusia setelah sebelumnya dilatih intensif di stasiun ruang angkasa negeri Beruang Merah itu.
Kebetulan, tiga dari empat orang kandidat astronot itu muslim.Sehingga siapa pun yang berangkat mewakili Malaysia, mereka akan melakukan shalat lima waktu.''Ini akan menjadi shalat pertamakali di ruang angkasa,'' tutur Mazlan Othman, Direktur Badan Luar Angkasa Nasional Malaysia, Kamis (20/4), seperti dikutip kantor berita AFP.
Hanya saja, shalat di ruang angkasa bakal sama sekali berbeda dgn shalat di muka Bumi.Ini menjadi perhatian serius Malaysia.Karena itulah Negeri Jiran secara khusus akan menggelar seminar ''Islam and Life in Space'' yang dimulai Selasa (25/4) pekan depan.
Lebih dari 150 saintis, astronot, akademisi, dan agamawan dilibatkan dalam seminar yang digelar selama dua hari di Kuala Lumpur itu.''Sejatinya, ini adalah kali pertama dunia Islam membahas persoalan kehidupan di luar angkasa,'' demikian pernyataan Asosiasi Hukum Islam dan Astronomi Malaysia.
Banyak isu akan dibahas dalam seminar.Di antaranya bagaimana shalat di dalam ruang nol gravitasi, bagaimana tetap menghadap wajah ke Mekkah di tengah pesawat ruang angkasa yang terus berputar, bagaimana shalat tanpa air wudhu, dan sebagainya.''Ini adalah tantangan bagi kita,'' tutur Mazlan Othman.Tantangan itu telah datang justru sebelum pesawat ulang alik benar-benar diluncurkan.Rencananya, kata Mazlan, dua astronot yang terpilih akan mulai melakukan pelatihan intensif di International Space Station.
pdhal, stasiun ruang angkasa ini adalah area yang amat dinamis.Ia memutari bumi 16 kali dalam tempo 24 jam.''Pertanyaan adalah bagaimana para astronot bisa tetap melakukan shalat lima kali sehari dgn benar seperti yang disyaratkan dalam Islam,'' tutur Mazlan.
Meski demikian, kata Mazlan lagi, Malaysia belum secara khusus membahas soal rencana praktik shalat ini dgn pihak Rusia.Alasannya, belum ada kepastian soal siapa astronot yang benar-benar akan berangkat.
''Kita akan mendiskusikan hal ini ketika waktunya telah tiba,'' terang wanita pimpinan Angkasa Badan Luar Angkasa Nasional Malaysia itu seperti dikutip kantor berita Bernama.Adapun keberangkatan dua astronot Malaysia merupakan bagian dari kerja sama 1 miliar dolar AS antara kedua negara di mana Rusia akan menjual 18 pesawat jet Sukhoi 30-MKM kepd Malaysia.
Roti Canai dan Batik di Angkasa
Misi luar angkasa Malaysia tak hanya membuat kalimat syahadah dilafalkan pertama kalinya di atas atmosfer.Negeri jiran juga sekaligus akan membawa batik dan roti canai mengangkasa.
Melalui program 'Batik in Space', produk khas Indonesia ini tak lama lagi akan menjadi image yang lebih lekat dgn Malaysia.pd kenyataannya, batik memang diproduksi secara minor di Malaysia dan Thailand.Namun Malaysia lebih gesit dgn mematenkan sejumlah motif batik.
Selain itu, Malaysia juga akan memboyong makanan tradisional Malaysia, roti canai, bersama pesawat ulang alik Rusia itu.Menurut Badan Luar Angkasa Nasional Malaysia, hal ini ditujukan untuk menjamin para astronot untuk tetap makan enak di atas atmosfer.Roti canai adalah salah satu makanan paling digemari di Malaysia.
Dibanding Malaysia, Indonesia sebetulnya lebih senior dalam urusan meluncur luar angkasa.Ingat Dr Pratiwi Sudarmono, Phd? pd 1980-an pakar mikrobiologi dari Universitas Indonesia telah melakukan pelatihan di NASA Amerika Serikat (AS).
Ia pernah dijadwalkan meluncur dgn pesawat ulang-alik Challenger.Sayangnya program pelatihan Pratiwi kAndas menyusul krisis moneter.Sementara biaya pelatihan di NASA pun semakin membengkak.
Andai itu terjadi, barangkali Indonesia akan lebih dahulu dikenal sebagai ''negara ASEAN'' pertama yang menaklukkan luar angkasa.Namun, memang harus diakui, jiran kita itu mengalami perkembangn yang jauh lebih cepat dibanding Indonesia di bidang apa pun, termasuk di bidan TEKNOLOGI aeronatika.
sumber Shalat di Luar Angkasa : Republika.co.id
Shalat di Luar Angkasa