Sabtu, 23 Agustus 2008

Fisika Bulu Tangkis Berita Terkini

FISIKA BULU TANGKIS

FISIKA BULU TANGKIS

Pelajar SMA 3 Semarang mendapat penghargaan fisika Internasional melalui penelitian gerakan unik bola bulu tangkis.

Dhina Pramita Susanti, 16 tahun, siswi kelas dua SMA 3 Semarang, Jawa Tengah, pantas jadi kebanggaan.Kamis (9/6) pekan lalu, juri kompetisi fisika internasional The First Step to Nobel Prize in Physics yang ke-13 di Warsawa, Polandia, memutuskannya sebagai peraih medali emas.Ia pd Oktober mendatang akan menetap sebulan untuk melakukan riset di Institute of Physics Polandia, penyelenggara kompetisi itu.

Makalah Dhina begitu ia disapa tentang gerakan melengkung dari shuttlecock, bola dalam permainan bulu tangkis (kok), Curve Motion of a Shuttlecock.Ini termasuk penelitian pertama yang menjelaskan dinamika yang terjadi pd kok saat bergerak di udara.

Riset ilmiah itu diawalinya dgn mengamati permainan para atlet di klub PB Garuda di Semarang.Dhina merekam aksi mereka dgn handycam dari pinggir lapangan.Rekaman itu lalu dimasukkan ke peranti lunak komputer World In Motion 95.Program itu menghasilkan parameter kecepatan dan posisi kok terhadap waktu sebagai data penelitian.

"Melihat rekaman dari samping itu, terlihat sekali lintasan kok yang unik.Tak seperti bola sepak atau bola tenis yang parabola sempurna, lintasan kok bentuknya parabola tak sempurna," ujar Dhina.

Istilah parabola tak sempurna itu diciptakannya."Nggak tahu disebut apa, jadi saya pakai saja parabola tak sempurna," kata Dhina ketika ditemui Tempo di Lippo Karawaci, Banten, akhir pekan lalu.Saat itu Dhina bersama Anike Nelce Bowaire, siswa SMA 1 Serui, Papua, yang juga meraih medali emas di kompetisi yang sama, dilatih agar lancar berbahasa Inggris.

Sebelum makalah berbahasa Inggris itu dikirim ke Polandia pd akhir Maret silam, Dhina harus melalui seleksi tingkat nasional.pd seleksi pertama, Dhina membuat makalah berjudul The Influence Change of Temperature toward Magnetism yang masuk dalam lima besar.

"Kami berlima lalu dikumpulkan di Universitas Indonesia, Depok, dan diberi wejangan tenang cara melakukan penelitian yang baik.Setelah seminggu dibimbing, kami disuruh membuat makalah baru untuk diseleksi lagi," Dhina bercerita.

Makalah Dhina untuk seleksi kedua Analysis of Shuttlecock Movement in the Badminton Game dianggap bermutu dan orisinal oleh juri dari Kementerian Riset dan TEKNOLOGI.Ia pun menjadi salah satu dari tiga wakil Indonesia di ajang FS Internasional.

Ide meneliti kok diakui Dhina muncul dari kesukaannya dgn bulu tangkis."Tiap sore saya main bulu tangkis di lapangan dekat rumah," katanya.Ingin bergabung dgn klub, "Tapi tidak ada waktu," kata putri sulung Ir Sahid Yogasari dan Ir Sustanti ini.

Dari situ, Dhina terkagum dgn bentuk kok yang berbeda dari yang lain."Unik, setengah lingkaran, ada bulu-bulunya, dan lubang-lubang di bagian tengah."

Diskusinya dgn Profesor Yohanes Surya PhD, pembimbingnya, memunculkan pertanyaan, "Mungkin tidak bentuk yang unik itu mempengaruhi bentuk lintasan yang dibuatnya," katanya.Ternyata, hipotesis awalnya klop dgn hasil pengamatan lapangan.

Melalui buku Introduction to Classical Mechanics (1990) karya Atam Parkash Arya, yang dibacanya, Dhina mengetahui ada dua model gaya hambatan udara terhadap gerakan bola: model linier dan model kuadratik.dgn penelitiannya, Dhina menemukan bahwa kok lebih cocok masuk ke model linier, yakni gaya hambat udara sebanding linear dgn kecepatan, bukan sebanding dgn kuadrat kecepatan seperti pd bola sepak atau bola tenis.

Ini dibuktikannya melalui data pengamatan yang tak lebih dari 10 meter/detik."Cocok dgn teori yang menyebutkan kecepatan 25-32 meter/detik itu masuk model kuadratik, sedangkan di bawah 25 meter/detik masuk model linier," katanya.

Penelitian Dhina ini khusus untuk jenis pukulan melengkung, misalnya pukulan service, lob, atau netting."Untuk smes memang belum diteliti," kata Dhina, yang bercita-cita menjadi arsitek atau ahli nuklir.

Menurut Yohanes, penelitian Dhina bermanfaat untuk menganalisis berbagai pukulan dalam permainan bulu tangkis."Orang yang mau meneliti bulu tangkis tidak perlu memakai model kuadratik lagi karena sudah dapat dipastikan bahwa model gaya hambat udara untuk kok adalah linier," kata Dhina.

sumber Fisika Bulu Tangkis : Fisika.net
Fisika Bulu Tangkis