Minggu, 03 Agustus 2008

Jalan Tenar Peranti Lunak Open Source Berita Terkini

JALAN TENAR PERANTI LUNAK OPEN SOURCE

JALAN TENAR PERANTI LUNAK OPEN SOURCE

Sebanyak 90 persen responden menginginkan peranti lunak open source dan peranti lunak komersial bisa berjalan beriringan.

Kabar mengejutkan itu terbit awal tahun lalu.Di tengah geliat industri TEKNOLOGI informasi (TI) di negeri ini, Bussines Software Alliance (BSA) menyebut Indonesia sebagai salah satu surga software (peranti lunak) ilegal.Sebanyak 87 persen perangkat lunak di Indonesia disinyalir bajakan.

Spekulasi segera merebak.Perdebatan soal hak cipta pun kembali mencuat.Banyak pembajak beralasan peranti lunak berlisensi terlalu komersial.Mereka menolak merogoh ratusan hingga ribuan dolar AS untuk setiap lisensinya.Resistensi terhadap peranti lunak komersial akhirnya berujung pd lahirnya peranti lunak open source.

Setahun berlalu.'pertarungan' peranti lunak komersial dan peranti lunak open source belum benar-benar reda.Di tengah masa transisi ini, situasi sempat menjadi runyam menyusul aksi sweeping terhadap peranti lunak ilegal oleh aparat dan BSA.Belum diketahui peta situasi terakhir hingga akhirnya BSA merilis hasil riset terbarunya Kamis (12/1).Survei BSA memotret fakta mutakhir soal isu ini.

Survei dilakukan di delapan negara Asia, yakni Indonesia, Cina, Malaysia, Filipina, Singapura, Korea Selatan, Thailand, dan Vietnam.Survei melibatkan 100 responden di tiap negara.Seluruh responden merupakan praktisi TI nonpemerintah pd level eksekutif, direktur, manajer, dan officer Dari hasil riset terungkap adanya kecenderungan pergeseran paradigma dalam aplikasi peranti lunak di Indonesia, menyusul peristiwa-peristiwa menonjol yang terjadi setahun ke belakang, termasuk razia peranti lunak ilegal.

''Di Indonesia, sebanyak 88 persen responden kini menganggap penting pengembangan industri peranti lunak domestik,'' tutur Direktur BSA untuk Kebijakan Piranti Lunak Asia, Seow Hiong Goh, kemarin, kepd wartawan.Tak kalah penting, lanjut Goh, sebuah pAndangan kuat mengemuka terkait eksistensi peranti lunak open source yang belakangan naik daun.Peranti lunak open source, ungkap dia, dianggap 63 persen responden jauh lebih ekonomis dibanding peranti lunak komersial, sehingga layak dijadikan solusi alternatif.Peranti lunak open source dapat menjadi pilar industri peranti lunak domestik.

Para responden juga tak ragu untuk menyatakan bahwa akan banyak keuntungan dari pengembangan industri peranti lunak domestik.Lebih dari separuh responden (57 persen) berpendapat bahwa hal ini dapat menurunkan ketergantungan pd perusahaan peranti lunak asing.Di Indonesia, popularitas open sources memang tengah menanjak.Pertengahan tahun lalu, pemerintah meluncurkan program 'Indonesia Goes Open Sources (IGOS)' yang dimotori Kementerian Negara Riset dan TEKNOLOGI.

Program ini ditujukan untuk menekan penggunaan peranti lunak ilegal.Juga, untuk mengatasi kesenjangan digital di masyarakat dgn menyediakan peranti lunak dgn harga terjangkau.Badan Pengkajian dan Penerapan TEKNOLOGI juga turun tangan dgn menyediakan peranti lunak gratis yang bisa di-download.Peranti lunak ini bernama Komura, Kantaya, Kasipena, dan Kutahu.Keempatnya merupakan peranti lunak General Public License (GPL).

Dalam survei teranyar BSA, 'resistensi' terhadap mahalnya peranti lunak komersial masih tercium.Sebanyak 38 persen responden meminta ada pemotongan harga peranti lunak.Mereka juga meminta fleksibilitas yang lebih besar dalam pilihan peranti lunak (21 persen).Apakah ini peluang bagi tumbuhnya piranti lunak domestik?

TEKNOLOGI Kemarin Sore

Meski popularitasnya terus menanjak, peranti lunak open source masih dianggap sebagai TEKNOLOGI 'kemarin sore'.Di Indonesia, sebanyak 41 persen responden masih menganggap bahwa peranti lunak komersial jauh lebih aman dan tepercaya ketimbang peranti lunak open source.Di Asia, lebih dari separuh responden menyatakan hal serupa (51 persen)

Seow Hiong Goh berpendapat, sejatinya tak ada perbedaan yang runcing soal persepsi peranti lunak komersial dan peranti lunak open source.Dalam survei terungkap bahwa 66 persen responden Indonesia sepakat kedua jenis peranti lunak ini dapat berjalan beriringan.Keberadaan peranti lunak komersial dan open source sekaligus, lanjut Goh, dinilai dapat menciptakan solusi sukses (64 persen).

Karena itu, Goh mengkritik langkah Pemerintah Indonesia yang secara serampangan mewajibkan penggunaan peranti lunak open source di berbagai instansi.''Ini tindakan yang kurang bijaksana.Ini menutup peluang bagi pengembang lain,'' tuturnya.Pemerintah, kata dia, seharusnya bertindak sebagai fasilitator yang netral.

Malah, kata Goh, persepsi bahwa peranti lunak komersial lebih mahal, sebetulnya tidak sepenuhnya benar.''Sebanyak 15 persen responden menyatakan open source malah lebih mahal,'' kata Goh.Tapi, sebanyak 68 persen responden menyatakan peranti lunak komersial lebih mahal dari peranti lunak open source.

Negara Pembajak Software Tertinggi

1.Vietnam (92 persen)

2.Ukraina (91 persen)

3.Cina (90 persen)

4.Zimbabwe (90 persen)

5.Indonesia (87 persen)

Negara Pembajak Software Terendah

1.Amerika Serikat (21 persen)

2.Selandia Baru (23 persen)

3.Austria (25 persen)

4.Swedia (26 persen)

5.Inggris (27 persen)

Sumber BSA (survei 2004)

sumber Jalan Tenar Peranti Lunak Open Source : Republika.co.id
Jalan Tenar Peranti Lunak Open Source