Jumat, 18 Juli 2008

Kurangi Makanan Gorengan Berita Terkini

KURANGI MAKANAN GORENGAN

KURANGI MAKANAN GORENGAN

Mengkonsumsi tujuh potong makanan gorengan ditambah dua lauk pauk gorengan setiap hari tergolong berbahaya.Kecenderungan penyakit tak menular di Indonesia terus meningkat.Penyakit tak menular seperti "jantung", hingga saat ini masih menjadi penyebab kematian yang tinggi.Penyebab penyakit "jantung" atau kardiovaskular (PKV), salah satunya dislipidemia.Orang awam menyebut dislipidemia adalah kolesterol.pd umumnya, peningkatan dislipidemia yang terjadi di masyarakat lebih disebabkan oleh pengaruh dampak modernisasi yang mengubah pola hidup dan pola makan mereka.

''Kita lihat fenomena yang ada.Orang membutuhkan makanan yang cepat, mudah, murah, dan mengenyangkan.Pola makan tinggi lemak dan rendah serat yang umumnya terdapat pd makanan tersebut meningkatkan risiko dislipidemia,'' papar staf peneliti Balitbang Depkes, Dr Rustika, SKM dalam disertasi doktornya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Sabtu (15/1).

Dalam promosi doktornya itu, Rustika menjelaskan bahwa tingginya asam lemak jenuh yang dikonsumsi masyarakat berasal dari berbagai sumber makanan.Dulu, katanya, banyak yang mengaitkan tingginya lemak itu berasal dari hewani.Namun, sekarang justru berbeda.''Kecenderungan masyarakat sekarang adalah lemak dari asam jenuh yang tinggi dari makanan gorengan.Banyak orang tak menyadari hal ini.Mereka tak menghitung-hitung berapa banyak asam jenuh yang masuk ke dalam tubuhnya,'' katanya.

Bagi mereka yang berisiko penyakit "jantung" koroner, kolesterol tinggi, serta usia di atas 40 tahun, makanan gorengan perlu dibatasi konsumsinya.Setiap hari, sebanyak tujuh potong makanan gorengan selingan ditambah dua potong lauk pauk, atau tiga potong lauk goreng ditambah lima potong cemilan gorengan sudah tergolong berbahaya.''Ini menjadi masalah karena minyak gorengnya sudah mengalami beberapa kali pemanasan.Itu yang membuat kadar asam jenuhnya semakin tinggi dan berbahaya bagi kesehatan,'' komentar Rustika yang mendapatkan nilai Cum Laude bagi disertasinya ini.

Minyak kelapa sawit mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh secara seimbang.Bila dipanaskan di atas 165 derajat celsius, maka asam lemak tak jenuh yang mencegah munculnya kolesterol ini, berubah menjadi asam lemak jenuh.Pemanasan di atas empat kali sudah tergolong berbahaya bagi kesehatan karena kandungan asam lemak tak jenuhnya sudah rusak sama sekali.

Kecenderungan saat ini, lanjut Rustika, masyarakat miskin yang banyak mengonsumsi gorengan karena murah dan mudah didapat.Ternyata, katanya, pengetahuan yang rendah, tak punya uang, murah bila membeli, menjadi motivasi mereka untuk memilih gorengan dalam konsumsinya.

''Karena itu, mereka sangat berisiko terkena berbagai penyakit degeneratif, termasuk "jantung" koroner.Makanya, saya menyarankan agar mereka mengurangi makanan gorengan.Perbanyaklah makan sayuran dan buah,''sarannya di akhir disertasinya itu.Menanggapi hasil penyampaian Rustika, Menkes Siti Fadilah Supari yang sekaligus sebagai promotor disertasi itu mengakui, banyak penduduk Indonesia yang sakit "jantung" karena banyak mengonsumsi makanan berlemak jenuh, khususnya makanan yang digoreng.Ini terjadi karena faktor dari kualitas asam lemak jenuhnya yang tinggi pd gorengan yang banyak dijual saat ini.

Karena itulah, ia mengimbau agar masyarakat mengonsumsi makanan gorengan sewajarnya.Makanan yang dikonsumsi diusahakan seimbang antara asam lemak jenuh dan tak jenuhnya.Jadi, kata Fadilah, imbangi makanan gorengan dgn sayuran dan buah.Tak hanya itu saja, makanan yang mengandung omega tiga seperti pd ikan, sangat baik untuk mengatasi kolesterol.

Dikatakannya, saat ini perlu ditingkatkan upaya sosialisasi pelaksanakan pedoman umum gizi seimbang dan perilaku hidup sehat bagi masyarakat.Ini ditujukan agar masyarakat terhindar penyakit "jantung", kanker, diabetes, stroke, dan menjadikan usia harapan hidup membaik.

sumber Kurangi Makanan Gorengan : Republika.co.id
Kurangi Makanan Gorengan